Senin, 16 Mei 2011

Menyiasati Kegundahan Hati

Tahukah kamu tentang sesuatu yang paling banyak menyita pikiran, waktu, dan tenaga, yang berakibat mengurangi kemampuan akal dan merusak ibadah? Itulah perasaan cemas. Cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang berkaitan dengan urusan duniawi. Padahal sudah jelas, perasaan cemas apalagi berlarut larut tidak akan membuahkan penyelesaian, selain membuat hati semakin sengsara dan bertambah menderita, padahal hidup ini teramat singkat. Memang rasa cemas berpangkal pada belum mantapnya keyakinan bahwa segala kejadian yang menimpa mutlak datangnya dari Allah.

“Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis pada kitab Lauhul Mahfudz sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS al-Hadid[57]:22-23)

Jelaslah, sesungguhnya setiap kejadian yang kita alami tidak akan lepas dari ketentuan dan izin Allah, Rasulullah saw pun bersabda “walaupun bergabung jin dan manusia hendak memberikan manfaat, maka tidak akan pernah datang, kecuali yang ditentukan Allah.”

Jadi, apa perlunya kita bercemas cemas memperpanjang pikiran dan menggantungkan harapan kepada sesama makhluk, sedangkan merekapun samasekali tidak dapat menolak kemudharatan yang menimpa diri mereka sendiri. Barang siapa yang yakin bahwa Allah lah yang akan menolong dan menjaminnya dalam setiap urusan, niscaya Allah pun benar benar akan menjaminnya, seperti dalam sebuah firmannya  “Jika ia mendekatiKu sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekatiKu sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku mendekatinya sambil berlari” (HR Syaikhani dan Turmudzi dari Abu Hurairah ra)

Sekiranya suatu musibah dirasakan pahit dan amat berat, maka sebetulnya semua itu semata mata karena kita belum mampu memahami hikmah dibalik kejadian tersebut, atau karena kita masih beranggapan bahwa rencana kita lebih baik daripada rencana Allah swt, padahal ilmu kita yang teramat sedikit ini seringkali diselimuti oleh hawa nafsu yang cenderung menipu dan menggelincirkan diri “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS al-Baqarah [2]:216)

Oleh karena itu, bilamana datang suatu kejadian yang mencemaskan, segera kuasai diri sebaik-baiknya. Jangan menyiksa diri dengan pikiran yang diada-adakan atau dipersulit, segeralah kembalikan segala urusan kepada Allah . Yakinilah kesempurnaan, pertimbangan, dan kasih sayangNya. Dan segera bulatkan hati bahwa Dialah satu satunya pembela, Dialah pemberi jalan keluar yang paling sempurna, mustahil Dia lalai dan lupa terhadap keadaan hambaNya. “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan dia adalah sebaik baik pelindung.”

3 komentar:

  1. keren banget makna-nya bermamfaat pisan...

    BalasHapus
  2. terimakasih kalo memang begitu adanya kawan....

    BalasHapus
  3. TUHAN terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan…
    Tuhan maha mengetahui apa yng terbaik untuk kita

    BalasHapus