Senin, 15 Agustus 2011

Cinta Antara Kita

Radith adalah temanku. Sekarang dia ada dirumahku sedang menunggu adikku. Sebenarnya aku setengah hati duduk diruang tamu menemani dia sebelum adikku datang, bukannya apa tiba-tiba badanku berdesir ketika Radith menatapku begitu dalam. Tatapan yang tidak biasa.
Tiba tiba Radith berkata "Ada yang ingin kukatakan, tapi...."
"Tentang apa ?" tanyaku
"Tentang rindu..."
Aku masih berusaha tenang mendengarkan kelanjutan ucapan Radith, namun saat itu pintu terbuka dan sesosok adikku yang basah kuyup muncul "Udah lama nunggu ya" kata adikku, dan aku beranjak pergi meninggalkan mereka berdua, sambil meninggalkan ucapan Radith yang terakhir untukku.

Sebenarnya Aku, Radith dan pacarku Nana bertiga awalnya bersahabat, tetapi semenjak aku jadian dengan  Nana hubungan persahabatan kami menjadi renggang. Apalagi pacarku Nana cemburuan. Dulu Radith pernah bertanya kenapa aku menerima Nana, "Apa keistimewaan Nana buat kamu?"  "Yah dia baik dith..."  "Hanya itu?" lalu ku jawab lagi "Dia mampu mengungkapkan perasaannya dengan jujur". Semenjak itulah kami tidak bersama lagi. Tetapi setelah beberapa waktu, tiba-tiba saja Radith mulai hadir kembali dirumahku. Bukan untuk menjumpaiku. Dia hadir untuk adikku.

Sore ini aku pulang dari studio, awan mendung menggelayut tanda akan turun hujan. Aku gusar dipersimpangan jalan. Tiba-tiba Radith melintas dihadapanku dengan motornya, dia menawarkan untuk mengantarkanku pulang, agar aku tak kehujanan. Akhirnya kami pulang bersama. Dan hanya karena sebuah kebetulan yang tidak direncanakan samasekali, Nana akhirnya illfeel padaku. Lagi-lagi soal Radith yang memboncengku yang jadi bahan pembicaraan kita. Sampai akhirnya Nana berkata "Aku minta maaf kayaknya hubungan kita harus berakhir. Kamu tidak cinta aku sepenuhnya, masih ada Radith dalam pikiranmu" Terhujam didalam dadaku mendengar itu, sampai aku tak sadar menitikkan air mata "Aku sayang kamu Na, apa kamu sangsi?" "Kamu sayang aku, bukan cinta aku. Itu beda. Tapi its ok, waktu akan memulihkan semuanya. Lagipula rumah kita berjauhan. Pasti akan lebih mudah untuk kita saling melupakan." "Na, sungguh kita harus berpisah?" Nana tidak menjawab, tetapi ketika kami akhirnya pulang sendiri-sendiri, aku tau hubungan itu telah berakhir.

Aku sedang didepan laptop ketika sebuah ketukan berbunyi di pintu rumahku. Ketika kubuka ternyata sesosok Radith dengan sebuket bunga ditangannya. Aku bergetar.
"Sudah lama ya kita gak ketemu, kamu agak kurusan ya?" Aku mengangguk pelan. Tentu saja. Mata cekungku tidak bisa membohongi siapapun. Sudah hampir sebulan ini aku putus dari Nana. Tapi masih ada tangis untuk cinta itu.
"Kamu masih ingat waktu kukatakan tentang rindu?" desiran halus dalam dadaku berubah menjadi deburan dhasyat. "Ya aku ingat"
"Rindu itu buat kamu" aku terperangah "Benarkah?" 
"Iya. Sulit sekali mengungkapkannya karena aku tidak bisa mengucapkan kata cinta buat kamu. Tapi akhirnya semuanya bisa kuredam, bisa kulupakan. Karena sekarang ada adik kamu yang mulai mencintaiku. Kuharap dia bisa tumbuh dewasa bersama dengan cinta yang kutabur untuknya."
"jadi..."
"Aku baru mau meresmikan hubungan kami. Makanya aku bawakan dia seikat bunga sebagai tanda cinta, aku gak mau keburu ada orang lain yang mendapatkan cinta adikmu seperti yang terjadi padamu. Aku belajar  berani untuk mengungkapkan perasaanku."

Tubuhku lunglai. Bunga itu bukan untukku, Cinta Radith pun bukan untukku. Malam ini ada satu hal yang aku tau pasti. Akan ada air mata lagi yang menemani tidurku..

(cerita ini fiktif apabila ada nama atau cerita yang mirip, itu memang disengaja hehehe)



Jumat, 05 Agustus 2011

LOVE

Malam ini pacarku ngajak ketemuan buat sama-sama nonton konser GIGI, padahal di jam yang sama aku ada janji dengan Riki untuk menengok temannya di rumah sakit karena tabrakan. Sebenarnya aku dah coba batalkan janji dengan pacarku tapi dia tetap gak mau mengerti. Dan parahnya lagi aku juga tidak bisa membatalkan janji dengan Riki karena aku bertaruh dengan adiknya Riki. Aku sanggup menemani Riki yang super cool dan pendiam selama sebulan, dengan imbalan aku bisa menukar tempat kost ku agar dekat dengan kampusku.

Akhirnya aku  berangkat dengan Riki menggunakan motor menuju rumah sakit, tapi pikiranku terus memikirkan pacarku yang sedang menungguku untuk nonton konser bareng. Akhirnya diperjalanan aku menyuruhnya mengantarkan aku ke sebuah tempat dulu, dan tanpa banyak pertanyaan lagi dia langsung mengantarkan aku ketujuan yang aku sebutkan.
Sampai ditujuan aku menyuruhnya menungguku "Tunggu disini ya Rik" dan aku bergegas masuk kearah stadium. Disana ada ratusan bahkan ribuan orang yang sedang siap-siap buat nonton konser. Aku celingukan mencari pacarku dan akhirnya dari jarak belasan meter aku lihat dia sedang duduk di sebuah warung depan jalan, aku bergegas menghampiri dia. "Akhirnya kamu dateng juga, kukira kamu gak akan dateng", lalu aku bilang  "Sebenarnya aku datang kesini cuma mau bilang kalau aku gak bisa nemani kamu buat nonton", dengan dalih sahabat dekatku sedang dirawat karena kecelakaan. "Udah nengoknya nanti saja, aku dah beli 2 tiket nih." Aku terus mendesak, "Aku harus menengoknya kalau tidak....  " "Kalau tidak nanti keburu meninggal?" begitu potongnya, lalu dia bilang lagi "Meninggal tuh takdir, kamu gak datang pas dia meninggal juga takdir". Aduh percuma saja aku bohong kalau yang sakit sahabatku, dia tetap saja tidak peduli. Kemudian pacarku bilang "Udah masuk yuk dah telat 5 menit" sambil menarik tanganku, dan aku tak bisa lagi berbuat apa-apa, dan bersamaan itu pula hujan gerimis turun. Yang kupikirkan Riki, aku berharap dia segera pulang karena turun hujan.

Dua jam kemudian konser telah usai, kami berniat untuk pulang bersama. Sambil dia menggandengku kami berjalan menuju tempat parkiran, tiba-tiba ada seorang cewek memanggil nama pacarku. Cewek itu cantik banget, mirip indo gitu. Cewek itu tanya "Kamu masih inget aku gak?" dengan cepat pacarku jawab "Iya dong masa lupa sama kamu.." Cewek itu bilang kalau dia beberapa kali ada hubungi ponsel pacarku untuk nonton bareng dan bla bla bla... aku yang disampingnya dicuekin. Tiba-tiba cewek itu tanya "Kamu kesini sama siapa?" dan pacarku bilang "Sendiri.." Lalu aku melirik kewajah pacarku berharap dia meralat ucapannya. Dan cewek itu bertanya lagi "Ini siapa?" sambil menunjukku. "Oh ini temanku" jawab pacarku. Aku gak nyangka dia bilang begitu didepanku, tanpa basa basi lagi aku pergi meninggalkan mereka. Hancur perasaanku, sambil menahan tangis aku berjalan melintasi koridor, disudut jalan kulihat Riki duduk terpaku. Oh Tuhan dia masih menungguku selama dua jam lebih, dia masih menunggu ditempat yang sama ketika kutinggalkan. Lalu kutanya kenapa dia masih disini lalu dia jawab "Kamu kan perginya sama aku, dan aku harus pulangin kamu  biar ortumu gak khawatir". Lalu ku peluk dia, tapi buru-buru kulepaskan karena bajunya sembab karena basah, lalu kutanya "Kok bajumu basah?" 
"Waktu hujan aku cari-cari kamu aku khawatir kamu kenapa-kenapa dan kehujanan" dengan mata yang sungguh-sungguh dia mengatakan itu, lalu kupeluk dia lagi tak peduli bajunya basah, dalam hatiku berkata aku akan belajar mencintai kamu bukan sebagai taruhan lagi Riki.