Hati yang sakit, atau bahkan mati, disebabkan oleh noktah-noktah dosa yang bertambah dari waktu ke waktu karena amal perbuatan yang kurang terpelihara, sehingga menjadikannya hitam legam dan berkarat. Akan tetapi bagaimanapin kondisi hati kita saat ini, tak tertutup peluang untuk sembuh. Salah satu “virus” perusak hati adalah tidak pandainya kita menahan pandangan. Barang siapa yang ketika didunia ini tidak pandai menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka jangan terlalu berharap memiliki hati yang bersih. Umar bin Khathab pernah berkata “Lebih baik aku berjalan dibelakang singa daripada berjalan dibelakang wanita”. Sebenarnya bukan hanya mengumbar pandangan terhadap lawan jenis, melainkan juga terhadap aneka aksesoris duniawi. Hatinya lebih bergejolak terhadap sesuatu yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kunci bagi orang yang ingin memiliki hati yang bening adalah tundukkan pandangan! karena berawalnya maksiat itu tiada lain dari pandangan.
Ketika melihat perkara duniawi, janganlah sekali-kali melihat keatas. Akan capek kita jadinya karena rezeki yang telah menjadi hak kita tidak akan kemana-mana. Tengoklah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah orang yang jauh lebih sederhana hidupnya. Semakin sering kita melihat kebawah, subhanallah, hati ini akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur, dibanding dengan orang yang sering menengadah keatas. Kalaupun kita akan melihat keatas, tancapkan kepada Dzat Penguasa alam semesta, tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan berarak seputih kapas? Atau, engkau turuni lembah, sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau, engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang gemintang bertaburan dilangit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan kita menatapnya. Allah maha kaya dan tidak akan pernah berkurang kekayaanNya walaupun selalu kita minta sampai akhir hayat.
Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain, kemana saja mata memandang yang tampak hanyalah bebungaan yang indah mekar dan harum. Sebaliknya orang yang gemar melihat aib dan kejelekan orang lain pikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan, sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Karenanya, kemanapun matanya melihat yang tampak adalah ular, duri dan sebagainya. Dimanapun ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat menikmati indahnya hidup.
Betapa indah sekiranya kita memiliki hati yang senantiasa tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenang, tentram, sejuk, dalam menikmati indahnya hidup di dunia ini. Semua ini akan tercermin dalam setiap gerak-gerik, perilaku, tutur kata, sunggingan senyum, tatapan mata, riak air muka, bahkan dalam diamnya sekalipun. Orang yang hatinya tertata dengan baik takkan pernah sedikitpun merasa gelisah, bermuram durja, ataupun gundah gulana. Kemanapun pergi dan dimanapun berada, ia senntiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya selalu berada dalam kondisi damai dan mendamaikan; tenang dan menenangkan; tentram dan menentramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan dipagi hari, jernih bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan pada benda-benda yang fana melainkan selalu ingat dan merindukan Dzat yang Maha Memberi ketentraman: Allah Azza wa Jalla.
Subhannallah...
BalasHapusSangat meresap ke dalam hati sanubari!Subhannallah...
Sangat meresap ke dalam hati sanubari!